
Pertolongan Pertama Saturasi Rendah dan Sesak Nafas Karena Covid-19 – Sudah dua minggu ini saya sibuk memberi panduan teman-teman yang isolasi mandiri atau yang kontak erat. Ibu berkelakar, sejak kami serumah sembuh dari Covid-19 lama-lama kita bisa jadi konsultan isolasi mandiri saking seringnya orang bertanya. Kalau kuhitung, gejala paling banyak dialami orang yang usianya di atas 40 tahun adalah saturasi rendah dan sesak nafas. Beberapa teman kirim pesan dan bertanya kalau UGD penuh dan saturasi rendah atau sesak nafas apa pertolongan daruratnya? Berikut aku rangkum berdasarkan pengalamanku ya!
Baik ibu, bapak, kakak ipar, maupun aku sebenarnya tidak mengalami gejala sesak nafas yang cukup signifikan. Hanya saja, ibuku dan bapakku saturasi oksigen sempat turun di 91. Padahal normalnya harus di atas 95. Aku di fase tengah gejala, ada sedikit sesak nafas di malam hari dan berkeringat dingin. Waktu itu, aku banyak mencari informasi di internet, bertukar pikiran dengan dokter, dan sharing dengan teman yang pernah kena. Dan beberapa hal ini yang kulakukan sebagai pertolongan pertama ketika saturasi rendah dan sesak nafas karena covid-19 selama isolasi mandiri.
Siapkan Oxycan atau oksigen tabung
Jika memungkinkan, siapkan stok oxycan setidaknya 2-4 buah untuk jaga-jaga. Kalau memiliki bawaan komorbid asma atau paru-paru biasanya sudah tahu harus memiliki stok tabung oksigen di rumah. Waktu itu, dokter juga membekali alat hisap berotec yang biasa dipakai oleh penderita asma untuk jaga-jaga.
Olah nafas
Cara lain jika nggak punya oxycan atau oksigen adalah latihan olah pernafasan. Aku membiasakan untuk olah pernafasan seperti ini setiap pagi, siang, dan malam selama sakit. Kalau saturasi oksigen ibu atau bapak sedang rendah, aku juga melakukan ini. Caranya:
- Pandu pasien untuk duduk tegak di kursi atau kasur. Tangan diletakkan di atas paha atau di pinggang.
- Tarik nafas dalam-dalam melalui hidung. Penuhi paru-paru dengan udara. Tahan 3-5 detik, hembuskan melalui mulut. Ulangi lagi hingga 10x.
- Ganti-ganti dengan metode nafas berbeda, yaitu tarik nafas dalam-dalam melalui hidung penuhi paru-paru dengan udara. Tahan 3-5 detik, hembuskan melalui hidung. Ulangi lagi hingga 10x.
- Jika pencernaan yang diserang bisa melakukan olah nafas difokuskan pada perut. Tarik nafas dalam-dalam melalui hidung. Penuhi perut dengan udara hingga menggembung seperti balon. Tahan 3-5 detik, hembuskan melalui mulut hingga perut mengempis. Ulangi lagi hingga 10x.
- Ganti-ganti dengan metode nafas berbeda, yaitu tarik nafas dalam-dalam melalui hidung penuhi perut dengan udara hingga menggembung seperti balon. Tahan 3-5 detik, hembuskan melalui hidung hingga perut mengempis. Ulangi lagi hingga 10x.
Selain untuk mengatasi sesak nafas, cara ini juga bisa mengurangi intensitas dan mengendalikan batuk. Namun, kuncinya adalah tetap tenang dan sabar.
Baca juga: Rekomendasi Vitamin dan Asupan Sehat Saat Terpapar Covid-19
Proning
Proning adalah tidur dengan posisi tengkurap. Cara ini diajarkan oleh dokter yang merawatku dulu. Beliau memberi panduan untuk cara tidur yang direkomendasikan bagi pasien Covid-19 adalah dengan cara proning ini. Dari penjelasan dokter, posisi tidur seperti ini membuat lendir di paru-paru tidak masuk paru-paru terlalu dalam yang dapat menyebabkan batuk dan sesak. Sekarang, posisi proning ini banyak disebarluaskan di sosial media dan itu semakin membuat orang lebih teredukasi.
Oh ya, FYI, posisi proning ini sebenarnya sama dengan gerakan yoga. Sejak saat itulah, aku tau bahwa gerakan-gerakan yoga yang sering kulakukan ternyata memang berpengaruh pada kesehatan dan punya tujuan sendiri-sendiri untuk menstabilkan fungsi organ tubuh jika dilakukan secara rutin.
Panduan proning bisa dicek di postingan Kemenkes INI
Posisi tidur tengkurap atau miring
Selain proning, ketika malam tiba hindari posisi tidur telentang. Posisi yang dianjurkan kata dokter yang waktu merawatku adalah tengkurap, miring, atau duduk. Dan memang benar, ketika merasa sesak nafas atau batuk nggak mau berhenti, dengan posisi tidur ini (terutama tengkurap) bisa mengurangi intensitas batuk sehingga tidur menjadi lebih pulas (walaupun nggak bisa juga dibilang pulas).
Tepuk dada
Biasanya, ketika ada gejala batuk, selain nafas agak berat dan pendek hingga sesak nafas, gejala yang umum adalah dada terasa nyeri. Aku menemukan sebuah jurnal kesehatan untuk pertolongan pertama mengatasi nyeri dada. Caranya dengan menepuk-nepuk dada menggunakan kelima ujung jadi di bagian dada.
Baca juga: Mengenali dan Mengatasi Gejala Covid-19
Cek saturasi berkala
Yang nggak kalah penting, adalah cek saturasi oksigen dengan oxymeter. Dalam keadaan gejala sedang, cek saturasi bisa 3 kali sehari. Namun, aku selalu mengecek dengan lebih sering ketika berada di fase puncak gejala. Biasanya, ketika malam saturasi sedikit lebih rendah dibanding malam hari. Untuk menaikkan saturasi, lakukan olah nafas atau tarik nafas panjang dan dalam. Ulangi beberapa kali, biasanya saturasi akan naik.
Jika cara di atas tidak kunjung membuat keadaan membaik, segeralah meminta pertolongan untuk dibawa ke UGD RS terdekat!