
Semua orang sudah tahu kalau terpapar Covid-19, hal utama yang wajib dilakukan adalah memperbanyak vitamin dan asupan gizi yang baik. Namun, kemampuan setiap orang dalam menyediakan vitamin dan asupan sehat ini sangat beragam, tergantung kondisi ekonomi masing-masing orang atau keluarga. Jadi pemilihan vitamin dan asupan sehat saat terpapar Covid-19 perlu di-planning biar sesuai kemampuan, yah.
Bicara Covid-19, treatment-nya bisa dibilang memang nggak murah. Baik untuk biaya isolasi mandiri, obat, sampai asupan untuk memperkuat imun. Saat terpapar Covid-19, Februari-Maret lalu, aku membekali diri dengan banyak vitamin dan makanan yang keliwat sehat yang bahkan ada beberapa di antaranya yang belum pernah kumakan. Kalau publik figur bisa pulih dengan mengonsumsi aneka vitamin mahal dan bisa mendatangkan obat-obat yang susah didapet itu, cara perawatan ini pun bisa membantu pemulihan, kok. Jadi tenang, ada seribu jalan untuk kita sehat. Yang aku tulis ini adalah konsumsi dengan experience-ku gejala sedang, ya! Karena kalo gejala berat tetap harus ke RS. Berikut rekomendasi vitamin dan asupan sehat saat terpapar Covid-19 lalu. Bisa juga jadi panduan kalau kita kontak erat. Semoga bisa membantu.
Vitamin
Vitamin adalah wajib hukumnya saat kita memerangi Covid-19 biar segera minggat. Mereknya bisa apapun sesuai kemampuan beli. Yang perlu diperhatikan adalah dosisnya cukup sebagai bekal untuk berperang melawan virus. Bisa multivitamin atau vitamin sendiri-sendiri. Dokter kasih wejangan, vitamin C dan D3 adalah yang paling penting. Bisa juga ditambah vitamin yang lain. Saat terpapar Covid-19 yang lalu, selain mengonsumsi obat dokter, aku, bapak dan ibu mengonsumsi:
Vitamin C 1000 mg sehari sekali tiap pagi kalau lagi sakit atau lagi kontak erat atau lagi merawat keluarga yang terpapar. Kalau ada mual dan muntah, dokter merekomendasikan dosisnya dikurangi jadi 500 mg atau dibagi menjadi pagi dan siang minumnya. Setelah sembuh, aku mengurangi vitamin C jadi 300-500 mg karena punya bawaan maag.
Vitamin D3 1000 iu sehari sekali tiap pagi. Dosis vitamin D3 juga bisa dikonsultasikan dengan dokter, karena kakak iparku disuruh minum 5 butir sehari (5000iu) karena lemes terus akibat ngga bisa makan dan muntah-muntah. Tapi ini tetep harus dikonsultasikan sama dokter atau nakes Puskesmas. Kalau gejala sudah berkurang vitamin D3 bisa dikurangi jadi 400iu dan perbanyak berjemur & makan dairy product (tapi jangan berlebihan karena setelahnya bisa memicu kolestrol kayak aku kemaren).
Vitamin B Komplek sehari sekali setiap siang.
Vitamin E 400 iu sehari sekali malam hari. Temanku yang dokter memberi wejangan, selama antioksidan di tubuh baik, biasanya gejala sesak nafas dapat dihindari kalau memang ngga punya sakit bawaan. Jadi, vitamin E ternyata fungsinya bukan cuma bikin kulit halus doang. Aku baru tahu juga!
Zinc monohydrate 20 mg. 1-2 kali diencerkan pakai air hangat setelah makan (terutama kalau diare). Kalau vitamin C udah ada zinc-nya, selama gejala diare ngga parah aku ga minum zinc lagi karena takut kelebihan dosis.
Vitamin Probiotik. Khusus aku, karena mengalami gangguan pencernaan akut, aku diminta minum vitamin probiotik. Dokter memberi L Bio (1 butir sehari). Namun, ada juga vitamin probiotik merek lainnya.
Nah, jika ingin praktis dan lebih hemat, sebenarnya minum multivitamin juga bisa bisa aja. Dari RS sendiri, waktu itu aku dikasih Zegavit. Becomm juga memiliki komposisi vitamin lengkap. Tapi, kalau aku akan baca dulu kandungan vitamin yang ada di dalam sebutir multivitamin itu apa saja. Jika tidak ada kandungan vitamin tertentu, misal vitamin D3, maka aku akan menambahkan konsumsi vitamin yang tidak ada dalam multivitamin.
Asupan & Gizi Pendukung
Selain vitamin kami juga memakan segala hal makanan sehat yang biasanya jarang dimakan. Karena di fase gejala muncul, nafsu makan hilang, jadi perlu sekali makan asupan pendukung. Waktu terpapar, kakak iparku enggak bisa makan nasi. Bapak ibuku juga kehilangan nafsu makan. Cuma aku aja yang masih bisa memaksakan diri makan nasi karena aku sambil merawat bapak ibu yang lansia dan positif jadi harus lebih setrong, hehehe. Berikut rekomendasi asupan pendukung:
Lemon dan Madu
Lemon peras dan madu bisa diminum 2-3 kali sehari dengan air hangat agar imun cepat naik. Selain itu, juga berguna ketika ada gejala radang tenggorokan dan batuk. Kalau terlalu malas atau ngga mungkin peras lemon, madu setiap hari pun baik. Temanku juga ada yang mengonsumsi propolis. Kakak iparku mencoba propolis, tapi menimbulkan efek selalu kenyang jadi diminumnya nggak setiap hari biar asupan lain bisa masuk.
Buah-buahan
Ketika nggak bisa makan normal, buah-buahan harus tetap masuk. Biasanya, meski ngga doyan makan, kalau dipaksa makan buah masih bisa ketelan dan nggak eneg. Sayuran yang agak susah ketelan tapi buah relatif bisa. Dengan keganjal buah, setidaknya tubuh jadi tetap ternutrisi. Buah yang gampang dimakan dan ngga perlu dipotong seperti jeruk, salak, pisang, anggur sangat membantu. Biasanya kalo gejalanya lagi di puncak, males ngapa-ngapain. Nanti kalo udah agak mood, bisa makan buah potong seperti apel, buah naga, pir, kiwi. Pokonya asupan buah harus buanyakkkk.
Minyak ikan
Aku kebetulan kemarin tidak mengonsumsi minyak ikan, tapi temanku mengonsumsi dan cukup membantu mempercepat pemulihannya. Tapi kalau aku, setelah sembuh baru mengonsumsi minyak ikan setiap malam. Tapi, aku minum minyak ikan selang-seling sama vitamin E karena kubaca manfaatnya ada beberapa yang sama, meski beberapa juga beda, jadi minumnya enggak barengan.
Yogurt dan susu
Yogurt membantu memelihara kesehatan pencernaan, tapi kalau aku tetap harus makan dulu baru makan yogurt. Bisa dicampur buah. Susu membantu ngasih energi ketika ngga bisa makan nasi dan sumber kalsium mineral. Tapi pada penderita bergejala mual dan muntah, susu agak harus hati-hati karena bisa memicu muntah malahan. Minum susu ketika keadaan pencernaan stabil. Dokter berpesan, mineral dan kalsium harus dipenuhi karena para orang Covid-19 biasanya mineral kalsium kurang sekali jumlahnya di tubuh. (seperti dialami bapak)
Telur rebus dan kurma
Bisa kubilang ini makanan dewa saat kena Covid, karena ketika ngga doyan dan berselera, telur rebus dan kurma jadi penyelamat. Sehari, bapak ibuku bisa makan 3 butir telur untuk jaga-jaga makanan lain ngga bisa masuk. Tapi kalau punya kolestrol, kuningnya jangan banyak-banyak.
Tajin beras
Vitamin B sangat berguna saat terpapar Covid-19. Kalau budget minim buat beli vitamin B, tajin beras bisa jadi penggantinya. Ambil air rebusan beras saat dimasak lalu diminum pake madu atau gula aren.
Air putih harus banyakkkkkk
Kunci cepat sembuh juga dengan minum air putih yang banyak. Apalagi kalau demam, minum air putih minimal 2 liter sehari bikin demam berangsur turun. Sebenernya kebiasaan minum air putih banyak ini juga wajib meski ngga sakit sih. Setelah covid, ibuku yang tadinya punya infeksi saluran kencing malah jadi ngga pernah kambuh lagi, mungkin karena pas sakit covid, dihajar minum banyak setiap hari. Jadi, keep your body hydrate!
Baca juga: Mengenali dan Mengatasi Gejala Covid-19
Obat-obatan herbal selain dari RS
Selain minum obat dari RS yang terdiri dari obat demam, obat batuk, antibiotik, ada obat pengencer darah (untuk ibuku), obat maag (untukku), dan obat gatal (untuk bapak dan ibuku karena muncul gatal-gatal kayak herpes), kami juga meminum beberapa herbal. Yang legend ya memang Tolak Angin, hahahaha (ini bukan endorse). Cukup membantu ngeplongin tenggorokan dan mencegah batuk lebih parah sih. Tapi tentunya ini tidak bisa dijadikan pengobatan utama sih, cuma membantu mengurangi gejala.
Teman kakakku meminum kapsul JSH Ekstrak Charcoal-nya sido muncul untuk membantu mengeluarkan toxin. Ini menurut pemaparannya cukup membantu pemulihan, dan bisa dikonsumsi ketika ada gangguan pencernaan, mual, atau muntah-muntah. Ini sebenernya sama kayak Norit fungsinya.
Tanteku mengirimkan sari jahe dan juga kencur untuk kami minum dan ini amat membantu membuat badan lebih segar. Jahe bisa membantu menghangatkan badan juga. Sebenernya lebih mantap kalau jahe dan kencurnya ditumbuk dan direbus dengan air dan dicampur sereh.
Ada lagi jamu cina yang aku minum, yaitu peking lingzhi royal jelly fengwangjing dan gingseng royal jelly sanjing gulin. Kubeli di tokopedia di toko jamu-jamu gitu, bentuknya kaya kotak crayon, diminumnya udah dalam bentuk botol-botol kaca 10 mg. Tapi kalau punya maag, gingseng royal jelly ngga recommended karena agak panas. Begitu juga kalau punya diabetes, ini tidak disarankan.
Bagaimana dengan Lian Hua? Kami sempat meminum di awal gejala, tapi sama sekali nggak ngefek. Mungkin Lian Hua bisa memberi manfaat ketika gejalanya ringan (ini asumsi), sedangkan gejala kami bisa dibilang gejala sedang dan membutuhkan resep obat dan arahan dari dokter Rumah Sakit meski bisa dirawat jalan.
Baca juga: Apa yang harus dilakukan jika terpapar Covid-19
Obat-obatan komorbid harus rutin & lengkap, makanan disesuaikan
Bapakku penderita diabetes melitus tipe 2 dan merupakan kelompok riskan ketika terpapar Covid-19. Dokter diabetesnya berkata, obat diabetes harus rutin dan lengkap serta harus di bawah pantauan dokter. Jika ada kondisi yang tidak biasa atau gejala yang mengarah pada sakit bawaan, harus segera konsultasi. Bapakku sempat naik dan drop gula darahnya sehingga dosis obat komorbid harus disesuaikan.
Selain obat, makanan juga harus disesuaikan. Makanlah makanan yang aman dan tidak memicu penyakit lama kambuh.
Jadi, bagi yang punya penyakit bawaan, obat harus tetap diminum rutin dan makanan yang bisa memicu kekambuhan hindari dulu, karena organ yang tidak prima bisa jadi celah si virus menyerang. Pokoknya jangan kasih kendor!
Mental kuat dan pikiran positif
Ini adalah obat yang hanya bisa diproduksi oleh diri sendiri. Ketika merawat bapak dan ibu, aku selalu memberi motivasi agar selalu semangat, tapi dua minggu negatif terus, akhirnya aku ikut positif. Tidak mudah membangun pikiran positif memang. Banyak banget pikiran jelek seliweran di kepala sehingga yang ada, aku malah tambah merasa sesak nafas dan stres sendiri. Jadinya, kuputuskan aku pasrah saja sambil tetap berusaha. Apapun endingnya setidaknya sudah berusaha. Tuhan selalu suka orang yang berusaha maksimal dalam segala hal, bukan?
Kekuatan pikiran itu memang benar-benar nyata! Cara kita berpikir dan menghadapi dengan tenang juga sepengalamanku membantu badan tetap tegak berdiri. Aku merawat dua lansia sendirian (dua kakakku menyuplai logistik & mengurus hal hal administratif dari jauh), didoping 3 kali suntikan vitamin, memaksa tetap bisa masuk makanan dan puji Tuhan, meski aku ikut positif tapi enggak tumbang. Masih bisa hilir mudik antar ke RS, nyiapin makan, ngurus ortu, konsul dokter dan bisa riwa-riwi sampe tengah malem ke RS. Dan, sesekali masih ngecek kerjaan. hahahahahaha… (aku masih mending, beberapa teman dan kakak iparku sendiri justru masih harus sambil kerja karena hampir semua tim kerjanya terpapar. Bangke memang)
Jadi, tetap semangat. Kekuatan manusia itu bisa jauh lebih kuat dan besar dari yang kita duga, kok. Temanku yang dokter berpesan: Tetap yakin, kita manusia jauh lebih kuat dari virus.
Bagi yang masih berjuang untuk kembali sehat, jangan patah semangat dan positif thinking. Karena pikiran dan mental kuat ini ngga ada di apotek atau RS manapun. Cuma diri kita sendiri yang punya. Salam sehat!