Selamatkan Bumi dari Tumpukan Sampah Plastik

Pernahkah anda melihat film animasi produksi Walt Disney berjudul Wall-E? Dalam film tersebut dikisahkan tentang robot tua yang bertugas mengepak sampah yang telah memenuhi muka Bumi. Sesaknya Bumi akibat tumpukan-tumpukan sampah yang ketinggiannya setara dengan gedung bertingkat membuat manusia pun harus mengungsi ke planet lain. Dan bukan hal yang mustahil, bila beberapa tahun yang akan datang Bumi kita pun benar-benar akan menjadi seperti yang digambarkan dalam film tersebut.

Lihat saja realita yang ada di sekitar kita saat ini. Bumi sudah semakin tercemar oleh sampah,   hutan sebagai resapan air ditebangi, biota dan ekosistem laut pun tidak luput dari kerusakan. Akibatnya, berbagai masalah, seperti bencana banjir, pencemaran lingkungan, serta pemanasan global pun tak bisa dihindarkan. Tak dipungkiri, manusia punya andil besar dalam menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan di muka Bumi ini.

Salah satu penyumbang terbesar bagi pencemaran Bumi adalah benda bernama plastik. Siapa tak kenal plastik? Benda yang pertama kali diperkenalkan oleh Alexander Parkes tahun 1862 di London, Inggris ini sampai sekarang memang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Plastik digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari pembungkus makanan atau minuman, alat-alat rumah tangga, hingga  bahan pengganti organ tubuh manusia yang sudah tidak bisa berfungsi lagi, misalnya sebagai implan pengganti bagian pinggang dan lutut dalam operasi.

Sifatnya yang tahan banting, kedap air, murah, ringan, serta praktis, plastik pun menjadi kebanjiran peminat. Sejak akhir abad ke-19, manusia terus-menerus melakukan berbagai penelitian dan mengembangkan plastik menjadi barang-barang yang mampu menunjang kebutuhan manusia di era modern. Pada awal abad 20, penggunaan material ini pun berkembang luar biasa. Dari hanya beberapa ratus ton saja pada tahun 1930-an, penggunaannya naik menjadi 150 juta ton per tahun pada dekade 1990-an, dan naik lagi menjadi 220 juta ton pada tahun 2005.

Rupanya manusia terlampau terlena oleh kenyamanan dan kepraktisan dari penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lupa bahwa plastik memiliki kandungan kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia. Selain itu, sampah plastik pun bisa mencemari lingkungan dan merusak Bumi, karena tidak mudah hancur atau butuh ratusan tahun untuk bisa terurai oleh tanah. Ditambah lagi, budaya manusia modern yang menjadikan plastik sebagai wadah sekali pakai, justru membuat gunungan sampah plastik makin tinggi dari waktu ke waktu.

Coba dibayangkan, jika dalam sehari kita berbelanja di pasar satu kali dengan menggunakan satu kantong plastik saja, maka dalam sebulan, satu orang telah menggunakan 30 kantong plastik. Jika penduduk Indonesia yang berjumlah kurang lebih 230 juta jiwa melakukan hal yang sama, berarti akan terkumpul 30×230 juta = 6900 juta kantong plastik yang mencemari lingkungan. Belum lagi, botol-botol kemasan lainnya, seperti kemasan sampo, detergen, minyak goreng, serta air mineral yang turut kita sumbangkan ke dalam tempat penampungan sampah.

Cermati penggunaan wadah plastik

Sedangkan bagi kesehatan, penggunaan wadah plastik yang tidak benar, dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan. Misalnya saja, wadah plastik bernomor 1 atau jenis PETE (polyethylene terephthalate) yang sering digunakan sebagai botol kemasan air mineral, akan menghasilkan zat karsinogenik jika dipakai untuk menyimpan air hangat, atau dipakai lebih dari sekali. Perlu kita ketahui bahwa zat tersebut dapat menyebabkan penyakit kanker pada manusia.

Demikian pula dengan wadah plastik bernomor 6 atau plastik jenis PS (polystyrene), yang biasa dipakai sebagai tempat makan atau minum sekali pakai berbahan styrofoam. Zat styrene yang terkandung di dalamnya dapat membahayakan otak serta sistem syaraf manusia. Oleh karenanya, kita harus jeli saat memilih wadah makanan yang aman untuk kesehatan.

Pemilihan wadah plastik yang benar dapat dibantu dengan melihat kode angka di dalam tanda segitiga yang tertera pada wadah plastik. Kode-kode segitiga tersebut merupakan identifikasi pengelompokan plastik yang diperkenalkan oleh The Society of the Plastics Industry pada tahun 1988. Selain untuk pengidentifikasi keamanan pemakaian wadah plastik, kode ini juga digunakan untuk memudahkan para penyedia jasa daur ulang plastik, untuk memisahkan plastik berdasarkan jenisnya, kemudian  mendaur ulang.

Seperti yang telah dijelaskan di berbagai artikel majalah, surat kabar maupun berita di televisi, alangkah lebih baik jika kita memilih wadah makanan terbuat dari plastik dengan kode 4 atau LDPE (low density polyethylene), nomor 5 (polypropylene) dan nomor 7 jenis SAN dan ABS. Atau, akan lebih aman lagi jika kita kembali ke cara tradisional, yakni menggunakan daun pisang, wadah dari stainless, kaca atau keramik, karena jauh lebih terjamin keamanan dan kesehatannya untuk menyimpan makanan.

Sedangkan plastik berkode nomor 1 atau PETE (polyethylene terephthalate) dan nomor 2 atau HDPE (high density polyethylene), yang biasa dipakai sebagai kemasan air mineral, minyak goreng, botol obat atau jerigen ini sebaiknya digunakan sekali pakai saja. Plastik dengan kode nomor 3 atau V atau PVC (polyvinyl chloride) dan PS (polystyrene) merupakan jenis plastik paling berbahaya. Plastic jenis PVC juga merupakan jenis plastik yang paling sulit di daur ulang, dan jika zat yang terkandung di dalamnya menempel pada makanan, lalu masuk ke dalam tubuh, bisa menyebabkan gangguan ginjal dan hati.

Di negara-negara maju, seperti Jepang, Australia, Inggris, Italia dan China, plastik telah dianggap sebagai salah satu pencemar lingkungan paling berbahaya. Untuk itu, di negara-negara tersebut, kampanye mengurangi sampah plastik gencar dilakukan. Di Jepang, masyarakat harus mematuhi peraturan mekanisme pembuangan sampah, yaitu dengan memilah terlebih dahulu sampah yang akan dibuang, dan menempatkan pada tempat sampah yang berbeda. Di China, setiap pembeli di supermarket-supermarket harus membawa kantong belanja kain sendiri dari rumah. Jika ada pembeli yang tidak membawa kantong sendiri, maka akan dikenakan denda oleh supermarket yang bersangkutan.

Ironisnya, di negara kita hal itu masih sangat jauh dari bayangan. Masyarakat Indonesia masih terlalu cuek akan ancaman bahaya sampah plastik. Jangankan membawa kantong belanjaan sendiri dari rumah dan mengurangi penggunaan plastik, penjual-penjual makanan di Indonesia malah makin gemar menggunakan plastik dan wadah berbahan styrofoam untuk membungkus makanan. Padahal bahasan mengenai bahaya plastik, baik bagi tubuh maupun lingkungan, sudah kerap dibicarakan di berbagai media massa.

Daur ulang sampah plastik menjadi barang bernilai tinggi

Namun, tidak semua orang menutup mata dan telinga mengenai permasalahan lingkungan hidup ini. Banyak masyarakat peduli lingkungan dengan melakukan berbagai cara untuk mengatasi masalah sampah plastik yang kian hari kian menggunung.

Seperti halnya, di beberapa negara maju yang telah lebih dulu mendaur ulang plastik menjadi benda-benda yang bernilai ekonomis. Contohnya, Inggris dan Italia yang mendaur ulang sampah plastik menjadi tiang telepon, Swedia yang memanfaatkan daur ulang plastik menjadi bata plastik untuk pembuatan bangunan bertingkat. Indonesia pun tak mau kalah, masyarakat mulai mendaur ulang sampah plastik dan memanfaatkannya menjadi barang yang berguna.

Seperti yang dilakukan oleh Ibu Emmy Laksiyanti di rumahnya, di bilangan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Ibu yang biasa dipanggil Ibu Jati ini sudah hampir dua tahun menekuni kerajinan limbah plastik. Beliau mendaur ulang limbah plastik menjadi barang-barang berguna, seperti tas belanja, tas sekolah, wadah HP, payung, binder, dompet, alas piring, hingga tempat sampah.

Hebatnya lagi, ia pun juga menularkan keterampilannya kepada warga sekitar. Bahkan, sesekali ia diminta untuk membagi ilmunya kepada banyak orang dan pelatihan di berbagai tempat. Jika semua orang memiliki kesadaran dan mau menjaga lingkungan seperti ibu Jati, tentu kita tidak perlu khawatir lagi bila puluhan tahun yang akan datang Bumi kita akan rusak. Tapi kesadaran itu harus dimulai dari diri sendiri. Jadi, daripada hanya menunggu orang lain yang melakukannya lebih baik kita juga mulai belajar memanfaatkan sampah-sampah tersebut.

Kita bisa memulainya dari sampah yang ada di rumah kita. Caranya mudah. Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah memilah sampah plastik sesuai dengan jenis dan asalnya. Misalnya, bungkus detergen, bungkus snack, sampo, pewangi, bungkus kecap, dan sebagainya. Setelah dipilah, kemudian cuci hingga bersih dan tiriskan. Setelah kering selanjutnya dipotong sesuai dengan gambar yang sama dan kelompokkan. Kemudian, potongan-potongan limbah plastik yang bergambar sama tersebut disusun seperti batu bata, lalu jahit menjadi bahan lebar (panel). Untuk menjahit kita harus menggunakan benang khusus, yaitu benang nilon agar lebih kuat, dan mesin jahit high speed yang sering dipakai oleh pabrik. Tahap terakhir adalah menjahit panel-panel tersebut menjadi produk yang diinginkan. Misalnya, tas, payung, dan sebagainya.

Selain bungkus detergen, pewangi, atau snack yang bisa didaur ulang, sedotan dan gelas aqua pun bisa kita ”sulap” menjadi aneka produk yang bermanfaat. Misalnya syal dan taplak meja.

Tak hanya bisa dipakai sendiri, barang-barang hasil daur ulang tersebut juga bisa kita jual. Itu artinya kita pun bisa mendapatkan keuntungan. Meski terbuat dari hasil daur ulang limbah atau sampah, bila dijual harga barang-barang tersebut tidak murah. Menurut ibu Jati, harga barang daur ulang yang ia buat berkisar antara Rp. 8000 sampai Rp.150.000, tergantung ukuran dan tingkat kesulitan dalam pembuatannya.

Selain itu, karena bahannya dari sampah plastik, produk ini lumayan awet dan nggak akan basah alias tahan air (waterproof), sehingga nggak perlu khawatir barang-barang kita yang disimpan di dalamnya bakal basah kalau kehujanan.

Sedangkan barang plastik bekas lainnya, seperti ember pecah, wadah bekas cat dinding, baik yang berukuran kecil maupun besar, wadah bekas air kemasan gelas atau botol, serta barang plastik lainnya, bisa dimanfaatkan untuk tempat sampah maupun pot tanaman hias dan pohon, serta pot pembibitan tanaman di halaman rumah kita. HAl itu, selain membuat halaman tampak hijau dan sejuk, udara di lingkungan sekitar pun menjadi semakin segar. Karena, pohon yang kita tanam merupakan sumber okigen yang baik untuk kesehatan. Nah, dari sini kita bisa melihat bahwa sebenarnya ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan Bumi dari kerusakan lingkungan, terutama dari sampah plastik.

Beberapa cara lainnya yang bisa kita lakukan untuk mengurangi  penumpukkan sampah plastik :

  • Membawa tas sendiri saat berbelanja ke supermarket. Sebaiknya gunakan tas ramah lingkungan yang terbuat dari bahan kain yang dapat di daur ulang.
  • Manfaatkan  kantong plastik yang ada di rumah untuk membuang sampah di tempat sampah.
  • Membawa box lunch dan gelas sendiri dari rumah, sehingga ketika membeli minuman atau makanan tidak perlu lagi menggunakan plastik untuk membungkusnya.
  • Belilah produk  berukuran lebih besar, karena lebih banyak isi berarti tidak cepat habis dan mengurangi banyaknya kemasan.
  • Setelah kita bisa menerapkan itu, kemudian anjurkan keluarga, teman, saudara, dan tetangga kita untuk mengurangi pemakaian kantung plastik, dengan menjelaskan bahaya-bahaya yang ditimbulkan. Sedikit banyak, hal-hal kecil yang kita lakukan itu telah membantu mengurangi beban Bumi kita dari tumpukan sampah plastik, bukan?

Artikel terbaik ke-4 Lomba Karya Tulis Go Green 2009, Mal Ciputra Jakarta

Teks : Veronica Wulandani

Liputan barang daur ulang : Martina

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.